Become a Leader???


Sejauh ini hal yang menurut saya yang paling dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin adalah KEBERANIAN! tentu beda dengan Nekad yang tanpa pertimbangan dan perhitungan.

Kenapa butuh keberanian?

Karena kita tidak bisa menghindari risiko, dan memastikan masa depan!

Sebagai manusia biasa, yang namanya kekhawatiran dan ketakutan terkadang cenderung menghinggapi pikiran kita, lebih parah lagi ada semacam rasa pesimis, apatis bahkan putus asa, atau lebih parah lagi ada semacam trauma yang menakutkan diri kita sendiri. Padahal kita belum melakukan apa-apa, tapi segala macam hal sudah masuk kedalam pikiran kita.

Bisa gak ya saya mengambil tanggungjawab itu, gimana kalau nanti gagal, gimana nanti kalau saya dicemooh banyak orang, gimana kalau saya tidak mampu, gimana kalau nanti begini dan begitu, gimana ini itu.. semua kadang tampak mengkhawatirkan dan menakutkan sehingga akhirnya kita enggan untuk mengambil tanggungjawab itu.

Seorang pemimpin berani menembus batas itu, bukan karena dia berjudi dengan masa depan, bukan pula terpaksa, apalagi karena nekad tidak ada pilihan lain, tapi karena dia memiliki visi yang jauh kedepan dibalik hambatan-hambatan itu semua kalau bisa diraih akan jauh lebih baik akibatnya sehingga dia berani mengambilnya. Untuk itu maka dia punya TEKAD yang KUAT dan SUNGGUH-SUNGGUH untuk mengambil tanggungjawab itu.

Dengan modal KEBERANIAN, TEKAD yang KUAT dan SUNGGUH-SUNGGUH, dia akan berusaha menemukan caranya dan menjalani prosesnya TANPA KENAL LELAH, dan PANTANG MENYERAH! Tidak akan keliatan 5 L Lelah Lemah Letih Lesu Lunglay.. selalu BERSEMANGAT setiap saat. Masalah baginya adalah Vitamin untuk meningkatkan Stamina, Hambatan baginya adalah Obat Kuat yang nanti akan menambah kekuatan diri.

itu bahan bakar yang tidak boleh tidak dimiliki oleh seorang Pemimpin..carilah sumber-sumber untuk meningkatkan itu, sibukkan diri dengan aktifitas-aktifitas yang dapat melatih itu..

**edisi berapi-api

Sakinah Bersamamu


Sebuah buku karya Asma Nadia, seorang penulis yang tidak asing lagi terutama dikalangan akhwat-akhwat remaja dikalangan pelajar dan mahasiswa yang bergaul di lingkungan mesjid dan sejenisnya.

Saya pribadi sejak SMA sekitar 10 tahun yang lalu sudah mulai mengenalnya lewat majalah-majalah remaja islam semacam majalah Anida dan novel-novelnya yang banyak itu, yang masih melekat di ingatan saya waktu itu adalah novelnya yang berjudul “ketika mas gagah pergi”, tapi ini mah karangan kakaknya deng, Helvi Tiana Rosa, ibunya Faiz yang jago nulis juga dari kecil kayak ibunya.

Saya kan cowok/ikhwan, kok baca juga?

Ya gak sesering itu juga, cuma sekilas, karena majalah-majalah dan novel-novelnya berserakan dimana-mana, di perpus mesjid pas sma, di emperan-emperan pameran buku, dan tentunya karena pergaulan juga dengan para pembacanya itu yang muncul lewat obrolan, diskusi, dan tulisan tentunya.

Bahkan pernah suatu waktu saya ketemu langsung dengan Asma Nadia di SMA saya di Bandung, waktu itu ada ada acara Talk Show, waktu itu ada Ust Jeffri (UJ) juga di acara tersebut, hanya saja waktu itu UJ-nya belum se ngetop sekarang. Sama halnya Aa Gym yang dulu sempet ke SMA saya ngisi acara selagi belum ngetop..

Saya sempat menemani Mbak Asma Nadia sepulang dari acara tersebut, mengantarnya ke Stasiun Bandung, sambil nunggu kereta sempat makan bareng juga di salah satu tempat makan cepat saji yang ada di stasiun itu, dan tentu saja beliau yang nraktir, padahal masih ada dana acara kalau mbaknya mau.

Saya masih inget pengalaman itu, tapi saya yakin si mbaknya mah gak inget sama saya hehe

Kembali ke topik, Sakinah Bersamamu ini bukan buku baru, dicetak pertama kali tahun 2010, jadi udah 2 tahunan, memang cocok sekali untuk jadi kado pernikahan dan bagi yang mau menikah, tentu saja yang sudah menikah juga banyak manfaatnya baca buku ini. Saya pribadi mendapatkannya sebagai kado pernikahan saya seminggu yang lalu dari salah seorang sahabat saya waktu SMA, dan tentu saja dia akhwat, ada 2 buku Asma Nadia: Sakinah Bersamamu dan Muhasabah Cinta. Istri saya sudah lebih dulu membaca buku tersebut, sekarang giliran saya membacanya, meski bukunya rada akhwatisme, tentu akan lebih baik, sebagai suami juga memahami buku ini.

Bukunya berisi sebuah cerita seperti novel, cerita kehidupan suami-istri dan seluk beluk permasalahnnya disajikan dalam cerita novel dalam tiap bagian/bab cerita, diujung setiap bagian cerita ada pesan dari penulis, pesan hikmah pelajaran yang diambil dari setiap cerita itu.

Saya baru membaca 4 cerita, langsung gatel ingin menuliskan sedikit disini, yaitu cerita : Rahasia Mas Danu, Mata yang Sederhana, Ngambek, dan Dia dalam Mimpi-mimpi Rani.

Keempat cerita itu memiliki pesan masing-masing, Rahasia Mas Danu mengandung pesan menyikapi perbedaan karakter suami-istri yang kontras bak langit dan bumi, bak siang dan malam, suami yang tertutup kaku menikah dengan seorang istri yang ekspresif, terbuka. Dalam istilah lain, suaminya Introvert, istrinya ekstrovert.

Mata yang sederhana mengingatkan akan pentingnya sebuah penampilan, sebuah kesan, sebuah keindahan, menitikberatkan peran seorang istri terhadap suaminya bagaimana bisa menyejukan matanya, menentramkan suaminya melalui penampilan, bagaimana suami tidak bosan, membuat sesuatu yang berbeda dan berkesan.

Cerita Ngambek mengandung pesan sensitifitas, kepekaan dan kepedulian terhadap pasangannya. Bisa menangkap pesan dari pasangan kita dari bahasa nonverbalnya, gerak-gerik sikap dan perilakunya, dalam hal ini pesan nonverbal biasanya jauh lebih banyak dibandingkan yang verbal, yang dikatakan pasangan kita.Pasangan harus memiliki sense ini.

Dia dalam Mimpi-mimpi Rani bercerita tentang sosok masa lalu dari pasangan kita, sesosok orang yang kita cintai di masa lalu yang kemudian putus atau gagal di tengah jalan. Dan ketika sekarang bersama dengan yang lain dan menikah, bayangan dan mimpi-mimpi itu muncul lagi.

Itu sekilas isi dari buku ini, banyak pelajaran bagus tentang bagaimana mengelola hubungan suami istri supaya makin harmonis dan sakinah seperti judul bukunya. Tentu prakteknya tidak semudah yang dituliskan disana, jangan harap setelah baca buku ini kemudian sakinah itu langsung didapatkan. Butuh usaha cuy.. butuh proses dan waktu yang mungkin tidak secepat yang diharapkan, disitu ada seninya yang harus kita mainkan. Tapi bukan berarti gak baca buku, itu mah wajib, nyari ilmu itu wajib, tapi ilmu tanpa amal apalah gunanya.. jangan berhenti disitu maksudnya.

Ini mah review-review-an buku versi saya yang masih belajar nulis, kalau ada manfaatnya ya alhamdulillah, itu yang diharapkan jadi kebaikan. amiiin

Menikah itu (seharusnya) indah


Itu adalah judul Talkshow di salah satu TV swasta yang menjadi salah satu segmen dari satu program acara di tv tersebut. Sebuah judul atau bahasan yang sangat penting, terutama bagi saya dan orang-orang seperti saya, orang-orang yang belum menikah. Meskipun ketika dibuka sesi tanya jawab lewat telepon, semua yang nelepon adalah orang yang sudah menikah puluhan tahun dan mengalami kegagalan dalam pernikahannya dalam artian cerai.

Cukup menarik memang, itulah namanya terus berproses. Yang sudah puluhan tahun menikah pun yang namanya mengenal pasangannya masing-masing saja ternyata belum tuntas, padahal sudah puluhan tahun hidup bersama, sudah memiliki banyak anak, namun masih saja ada hal-hal yang belum diketahui dan dipahami sama-sama.

Itu yang sudah berpengalaman, apalagi yang belum dan akan menuju kesana harus membekali diri dengan knowledge dan skill tentang pernikahan itu sendiri. Ini bahasa umumnya, bahasa agamanya tentu berbekal ilmu, dan proses ini tidak akan pernah berhenti sampai akhir hidup kita dalam pernikahan tersebut. Ilmu apa? ya hampir ilmu tentang semua hal..namun yang utama tentu mengelola hubungan dengan pasangan, membangun komunikasi yang baik, jujur dan terbuka, membangun kepercayaan, membangun keharmonisan dan kemesraan, memang bobotnya lebih ke masalah psikologis.. mungkin kalau di spesialisasikan, ilmu ini yg harus kita pelajari lebih sebagai bekal.

Tapi tentu saja tidak cukup dengan membaca, menyimak dan mendengarkan. Ilmu semacam itu bisa bunyi kalau ada prakteknya, makanya tidak cukup knowledge tapi butuh juga skill yang berwujud sikap dan perilaku. Ya itulah ilmu dan amal yang manunggal dalam kelakuan kita sehari-hari.Itulah seninya yang menantang kita bisa mewujudkannya, disitulah ikhtiarnya, dan tentunya disitulah letak pahalanya yang besar karena manfaatnya juga besar, kebaikanya juga menyebar.

Sehingga pernikahan tidak lantas membuat kita kaget dengan pasangan kita, membuat kehidupan kita semakin sempit, terikat dan serasa ada beban yang berat, tidak lagi bebas sebagaimana ketika masih lajang, bisa bebas hang out kemana saja kita suka, main kesana kemari, dst. Untuk sebuah pernikahan yang indah tentu butuh harga yang kita bayar, sejauh mana itu menjadi prioritas dalam hidup kita, sejauh mana visi dan misinya, nilai-nilainya yang dipegang. Kalau ini sudah terbangun kuat bersama-sama, yang namanya karir semestinya tidak lantas menjadi masalah dan berbentrokkan, karena kalau prioritas sudah jelas, apapun harga yg harus dibayar..kita akan memilih jalan itu, demi visi bersama yg ingin tercapai

Jadi bangun kembali visi-visi itu, nilai-nilai itu, gapai dengan cara yang tepat dengan knowledge dan skill yang terus berkembang sehingga diri kita pun terus berkembang, terus berkualitas, dan kehidupan pun semakin bernilai, dan insya allah melahirkan keindahan dan kebahagiaan.

-sekedar berbagi-

Adalah Keluarga.. Mutiara yang sangat berharga


Miris juga liat sepotret kehidupan remaja kota jaman sekarang di TV, khususnya yang sedang in jadi hot news seputar geng motor, balapan liar, trac-trackan. Kali ini muncul heboh di Jakarta, karena jatuh korban jiwa anak yang tidak bersalah, murah sekali nyawa melayang begitu saja dijalan, lebih parah lagi, kok ada orang yang sembarangan saja pukul orang, siksa orang, tusuk, lukai orang lain begitu saja sampai meninggal, betul-betul sembarang saja karena memang tidak kenal, tidak ada masalah sebelumnya, hanya kebetulan saja ketemu rame-rame dijalan, bantai begitu saja, naudzu billah

Saya lebih menyoroti faktor keluarga dimana mereka berasal, saya yakin ada yang tidak beres didalam keluarganya, kalau fungsi keluarga berjalan dengan baik, saya yakin kejadian tersebut tidak akan terjadi. Sekilas saya berasumsi dan berhipotesis seperti itu. Orang tua jaman sekarang sangat mungkin terlalu sibuk sendiri, kurang perhatian, kurang peduli, kurang bisa dekat, kurang bisa mendidik anak-nya dengan baik. Apalagi yang di kota-kota besar semacam Jakarta dimana dunia kerja begitu menggilanya, workaholic sangat mungkin terjadi, pergi pagi pulang malam, malah betul-betul ada yg jarang sekali mendapatkan matahari pagi, menikmati indahnya matahari terbit dan terbenam akibat kesibukan bekerja. Masih untung ada yang bisa memaksimalkan sabtu-minggu khusus untuk keluarga, tapi ini pun bisa jadi kurang maksimal.

Ditambah lagi trend jaman sekarang, suami-istri sama-sama bekerja dan berkarir karena tuntutan kebutuhan hidup yang semakin kompleks (baca: semakin bergantung sama yg namanya duit), anakpun akhirnya jadi korban trade off, tidak mendapatkan kasih sayang yang maksimal, yang penting kan kualitas,iya betul, hanya saja apa kualitas itu tidak membutuhkan waktu?

Mari kita posisikan saja diri kita jadi seorang anak, dan kita pun pernah jadi anak-anak juga kan? saya pribadi kalau mau objektif termasuk yg kurang optimal mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua (punten mah, pak, bukan kufur nikmat dan meniadakan segala jasamu, bagaimanapun mamah-bapak orang tua saya yg terbaik dan juara 1 sedunia), saya cukup bisa memahami kenapanya, dan bisa memaklumi, meski sebagai manusia biasa kekecewaan itu pasti ada, sedih rasanya kalau misal di hari sekolah ada pembagian raport orang tua kita tidak datang, lebih memilih bekerja, apalagi kalau kita juara kelas, rasanya gak ada yg spesial, malah malu.. malah minder, padahal mestinya sebaliknya.

itu hanya contoh sederhana saja dari sekian momen penting bagi seorang anak yang membutuhkan perhatian, kasih sayang dan ditemani orang tua, orang tua ada disampingnya. Apalagi memasuki masa pubertas, jaman-jamannya SMP-SMA, jaman dimana kejadian yang saya singgung diawal itu terjadi, mereka akhirnya terbawa arus yang kita semua sepakat itu tidak baik, pergaulan yang rawan dengan kekerasan, kriminalitas dan amoral.

Saya menikah saja belum,prakteknya memang tidak semudah yg saya bilang ini, hanya ya itulah salah satu akar masalahnya kenapa kejadian itu bisa terjadi, saya hanya khawatir ketika keluarga yg baik itu sulit lagi ditemukan, imbasnya akan menjadi efek bola salju yang dahsyat, ketika keluarga hancur, kehidupan masyarakatpun otomatis hancur, bahkan negara ini bisa hancur kalau pemimpin-pemimpinnya lahir dari keluarga yang hancur. Begitu ekstrimnya.

Tentu ini tidak kita harapkan. Sekaligus mengingatkan diri pribadi, yuk mari perhatikan keluarga kita masing-masing kehidupannya seperti apa, jalin hubungan yang kuat dan bangun sesuatu yg baik, beradab dan berakhlaq mulia, memang butuh perjuangan, tidak semudah yag dikatakan, tapi bukankah itu salah satu yang bisa membuat hidup kita lebih bermakna dan bernilai?

Keterasingan…


Jangan pernah deh kita terasing, atau sekedar merasa asing.. kadang itu tergantung persepsi kita dan bagaimana kita menyikapinya. Hidup di lingkungan yang berbeda dari latar belakang kita seringkali mengarahkan kita memiliki persepsi seperti itu. Padahal tinggal mereset pola pikir kita saja, merubah persepsi dan paradigma kita saja.

Namun saya jadi teringat sebuah keterangan, kalau di akhir jaman nanti seorang muslim sejati itu bagaikan orang asing, sebagaimana awal mulanya ajaran islam datang ketengah-tengah kehidupan manusia secara asing pula. Asing dalam artian sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda, dan mungkin sekali disebut aneh dan tidak biasa.

Disisi lain saya melihat keterasingan itu hanya persepsi dan respon sesaat saja. mungkin hanya sebuah kesan pertama, sebuah fungsi dari waktu saja. Bisa jadi pada awalnya memang aneh, beda, tidak biasa. tapi seiring dengan waktu, lama-lama sedikit demi sedikit keterasingan itu pun akan hilang dan kemudian menjadi sesuatu yang biasa dilihat dan disaksikan.

Yang pasti menjadi orang asing itu tidak enak, apalagi disebut orang aneh, atau mungkin lebih tepatnya orang yang diasingkan, itu lebih tidak enak lagi. Saya teringat salah seorang pahlawan bangsa kita, sang proklamator Soekarno, yang pernah diasingkan ke flores, tepatnya di Ende. salah satu tempat pengasinganya, karena beberapa kali diasingkan oleh penguasa penjajah bangsa untuk meredam pengaruhnya yang luar biasa bagi bangsa, bahkan dunia waktu itu melalui pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakannya.

Sekilas saya melihatnya sebagai suatu penjara yang bisa jadi lebih menderita dibandingkan penjara konvensional, jika dibandingkan dengan dipenjara di penjara Banceuy di Bandung, tentu jauh sekali. Di penjara Banceuy, Soekarno masih sempat banyak menulis kemudian menyebarkannya, sempat berkomunikasi dengan pejuang, masih banyak yang bisa dilakukan, namun di ende sini? tentu itu sulit sekali, apalagi jaman dulu teknologi komunikasi dan informasi tidak semudah sekarang, termasuk teknologi angkutan transportasi.

Namun demikian, ternyata pengasingannya di Ende juga membawa pengaruh kuat juga disekitarnya. Bagaimana masyarakat dan penduduk se-Flores terkena sihir-nya, ya.. Sokarno berhasil memberikan pengaruhnya disini, orang Flores sampai detik ini masih kagum dengan Soekarno, bahkan agak mengagungkannya sampai-sampai konon ada orang yang belum percaya kalau Soekarno sudah meninggal. ah kalau yg ini betul betul terlalu..

Tapi begitulah, pernahkan anda main-main ke desa dan mampir ke rumah penduduk desa? pernahkah anda menemukan di dinding rumahnya poster Soekarno dengan berseragam putih pake kopiah dengan pangkat2nya di dada. di rumah saya dulu juga ada, di perkampungan bandung selatan saya menemukannya, ke arah utara juga, dan ternyata sampai flores juga bisa ditemukan. sebuah fenomena yg saya pikir cukup kuat merasuki sanubari masyarakat mengenai ketokohan beliau ini.

So, tidak ada keterasingan, meskipun kita diasingkan sekalipun, jangan menganggap kita beda, asing, jangan menarik diri. terutama kepada sesama manusia dimanapun berada, toh dulunya manusia itu satu, semua manusia pada dasarnya adalah bersaudara, hanya kita sendiri yang menciptakan benteng-benteng sendiri yang membatasi diri dari itu semua dalam pikiran dan hati kita masing-masing.